Dibalik Pelarangan Penjualan Sapi Kurban dari TPA Sampah

- September 03, 2017

Dibalik Pelarangan Penjualan Sapi Kurban dari TPA Sampah

 
Hari Raya Idul Adha adalah momen penting umat Islam yng berkaitan erat yang dengannya dunia peternakan. Ibadah kurban mendatangkan tidak sedikit pasokan ternak layak potong yng sesuai yang dengannya kebutuhan serta ketentuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memenuhi permintaan pasar yng cukup besar. Banyak sekali pengganti penyediaan sumber ternak menjadi jawaban.
Sebuah stasiun televisi nasional hari ini kembali mengangkat keberadaan sapi-sapi yng dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Jawa Sedang. Sekitar 1000 ekor sapi dibiarkan bebas mencari makan dari tumpukan sampah yng sehari-hari menggunung di Jatibarang Semarang.
ilustrasi: kawanan sapi memakan sampah di TPA Suwung Bali (sumber: antarafoto.com)
Sapi-sapi yng tampak sehat serta tubuhnya berisi yang telah di sebutkan menggantungkan hidupnya dari memakan sampah. Di sayangkan, selain mendapatkan makanan sisa, banyak sekali bahan tidak sehat pula ikut masuk kedalam tubuhnya. Penelitian dari para peneliti Universitas Diponegoro Semarang telah memperlihatkan bahwasanya sapi-sapi yang telah di sebutkan sudah terkontaminasi oleh logam berat, contohnya merkuri serta timbal. Temuan yang telah di sebutkan sudah menjadi dasar pihak berwenang bagi atau bisa juga dikatakan untuk melarang penjualan sapi TPA menjadi hewan kurban.
Para peneliti menyarankan supaya sapi-sapi yang telah di sebutkan 'dipulihkan' kesehatannya sebelum dijual, yang dengannya tatacara dipelihara minimal selama satu bulan diluar TPA serta diberikan 'makanan sehat' lebih-lebih rumput-rumputan segar. Sejauh mana hasil treatment yang telah di sebutkan dalam mereduksi kandungan logam rawan dalam daging sapi TPA, tak/belum ada informasi lebih lanjut.
Pemeliharaan sapi di TPA pernah menjadi pengganti bisnis yng dipandang prospektif serta menguntungkan. Bagaimana tak, sampah yng menjadi sumber pakan sapi adalah pakan gratis yng tak membebani biaya produksi, sementara sapi yng diperoleh terlihat sehat, bobot tubuhnya relatif tak mengecewakan, serta tatacara pemeliharaan simpel. Permasalahannya, bisnis yng profitable tidak selayaknya membahayakan kebugaran atau kesehatan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat menjadi konsumen akhir.
Penanganan masalah ini memerlukan ketegasan pihak terkait, yang dengannya pendekatan yng paling arif terhadap pengelolaan bisnis 'sapi TPA'. Bagaimanapun 1000 ekor sapi bukanlah jumlah yng tidak banyak serta telah melibatkan modal lumayan bagi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat sekitar TPA yng memeliharanya.
Silakan copy-paste yang dengannya tetap mencantumkan link sumber


Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.pulangkandang.com/2012/10/dibalik-pelarangan-penjualan-sapi.html

Seputar Dibalik Pelarangan Penjualan Sapi Kurban dari TPA Sampah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Dibalik Pelarangan Penjualan Sapi Kurban dari TPA Sampah