Yudi Guntara Ogah Cuma Jadi 'Kacung'

- September 18, 2017

Yudi Guntara Ogah Cuma Jadi 'Kacung'

 
Nama Yudi Guntara tak akan terlewatkan disaat topik wacana figur berhasil alumni Fakultas Peternakan Unpad tengah dibicarakan. Sosok satu ini memanglah telah dikenal luas menjadi alumni Fapet Unpad yng mewakili citra berhasil baik di dunia peternakan ataupun keorganisasian. Pemilik NPM J1088039 yang telah di sebutkan merupakan organisatoris sejati, dimulai dari jabatan menjadi ketua acara syukuran angkatan '88, ketua mabim angkatan '88, serta semasa mahasiswa mencapai maupun meraih juga jabatan puncak menjadi ketua Senat Mahasiswa Fapet Unpad pada tahun 1991.
Alumnus SMPN 2 Tasikmalaya serta SMAN 2 Tasikmalaya ini memanglah tidak bisa dijauhkan dari kegiatan berorganisasi. Tidak heran andai lantas Kang Yudi mengungkapkan kesan semasa kuliah merupakan, "Pokokna kuliah pabaliut jeung organisasi!"
Pada Kongres X ISPI di Hotel Singasana Makassar, Kang Yudi Guntara kembali menahkodai Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) periode 2010-2014. Amanah menjadi Ketua Umum ISPI menambah deretan jabatan yng diemban suami dari Hani Nurrosjani yng saat ini berdomisili di daerah Dipati Ukur Bandung yang telah di sebutkan.
Jabatan-jabatan yng disandangnya merupakan:
1. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI)
2. Sekretaris Dewan Penyantun Universitas Padjadjaran (UNPAD)
4. Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Peternak Domba & Kambing Indonesia (DPD HPDKI) Jawa Barat
5. Wakil Ketua Komite Tetap Industri Peternakan KADIN INDONESIA
6. Anggota Dewan Asosiasi Produsen Daging & Feedlot Indonesia (Board of APFINDO)
7. Ketua Forum Peternak Budidaya Penggemukkan Sapi Jawa Barat
8. Anggota Komite Sekolah SMA N 2 Tasikmalaya
Berikut sekilas catatan yng diambil dari Website Fapet Unpad wacana alumni Fapet Unpad dari Angkatan 1988 (Ibex) yang telah di sebutkan. Mudah-mudahan sosok penyuka olahraga adventure (mountain bike serta motocross), yng pula adalah seorang pegolf berprestasi ini bisa menjadi inspirasi bagi pembaca sekalian. Foto-foto yng ditampilkan merupakan koleksi pribadi laman pribadi Kang Yudi di facebook (andai berkunjung ke laman yang telah di sebutkan, Kamu akan menjumpai sebuah pesan singkat penuh makna: "eat more beef and drink more milk").

Bunyi, pemikiran ataupun malah wajahnya selama ini tidak sedikit dikenal menjadi pemangku kepentingan persapian. Semisal yng yang terakhir, tatkala kembali mencuat isu rencana pemerintah memasukan daging asal Brasil, lelaki asli Bandung ini lagi-lagi menyuarakan pandangannya: tolak abiss!!
"Saya tidak bisa memahami dasar pemikiran pemerintah dalam soal ini. Apa maunya?" tanya Ketua Umum ISPI (Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia) ini tidak habis pikir. Sepak terjang Yudi memanglah identik yang dengannya hal-hal yng terkait yang dengannya sapi ataupun daging sapi. Tidak aneh, mengingat dia pelaku bisnis yng bergerak di penyedia sapi serta daging sapi, dan lantaran keberadaannya di Apfindo (Asosiasi Produsen Daging serta Feedlot Indonesia) serta PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi serta Kerbau Indonesia).
Tidak tidak sedikit yng tahu kalau alumni Universitas Padjadjaran lulusan 1993 ini pernah sempet nyemplung di usaha broiler, malah inspirasi usaha ditemukannya dari seorang tokoh perunggasan. “Guru enterpreunership saya Pak Haji Adjat,” tunjuknya. Yng dimaksud Yudi merupakan Adjat Darajat, pengusaha broiler berhasil asal Ciamis.
Semasa kuliah, tiap kali liburan ia nyanggong di Cikoneng, sangkar milik Adjat. Darinya-lah Yudi, yng anak seorang tentara, terinspirasi menjadi seorang usahawan. Selepas pendidikan, Yudi muda pernah sempet mengelola sekitar 50 ribu broiler milik peternak berlokasi di daerah Bekasi. “Hanya sekitar 3 bulan, tak lebih,” ucapnya sembari tertawa terkenang kisah hidupnya.
Titik Tolak
Garis hidup menuntunnya mengenal usaha sapi pada 1993 yang dengannya bekerja di PT Lintas Nusa, sebuah perusahaan bergerak di penggemukan sapi potong. Sebuah pemikiran jadi titik tolak terbukanya jalan hidup Yudi selanjutnya ke depan. “Saya menganggap bisnis ayam sudah jenuh, dan bisnis ini sudah tertata dengan industri besar sudah mapan di sana. Peternak di aspek budidaya sekuat apapun menguras tenaga akan segitu-gitu aja,” tuturnya. Sementara perkenalan yang dengannya dunia sapi menunjukan padanya sebuah pintu gerbang yng terbuka lebar yang dengannya peluang yng tergelar luas.

“Saat itu baru segelintir perusahan yang sudah besar di bisnis sapi, seperti Tippindo, GGLC dan LJP,” ia beralasan. Masuk 1995 ia mendirikan PT Agronandini Perdana membangun sangkar di Malangbong, serta berterus terang tak terlalu muluk-muluk, “Mulai dengan skala kecil, 300 – 400 ekor. Waktu itu masih ada kapal kapasitas 700-an, kita impor dua bulan habis.”
Gurem yng Naik Kelas
Krismon 1998, dinilainya menjadi bencana yng membawa berkah.
“Di saat yang besar-besar seperti LJP dan Tippindo menanggung beban krisis permasalahan berat, kelas gurem seperti kita justru relatif bertahan,” ia bercerita. Malah ia berterus terang mampu naik kelas, menjadi nomor dua secara nasional. Itu tidak lepas lantaran tatkala itu -1999- di bawah bendera kedua yng didirikannya: PT Citra Agro Buana Semesta (CABS), ia menerapkan kerjasama strategis yang dengannya pihak Australia.
“Mereka kesulitan memasarkan sapinya, kita terkendala dana. Jadi kita menjamin pasar mereka di tanah air dan mereka kirim sapinya.” Jadi CABS memegang pemasarannya, sementara modal sepenuhnya milik pemasok dari Australia. Selama 3 tahun, 1999 – 2002, perusahaannya malah pernah sempet sewa sangkar Tippindo-Lampung yng mangkrak (tak beroperasi). Sekitar 50 ribu ekor sapi impor setahunnya dipasarkan CABS kala itu, di bawah PT Santori yng angka impornya tatkala itu mencapai 70 ribuan.
Namun Yudi tidak ingin system itu terus berkepanjangan, “Mau kata pegang sapi 50 ribu tapi itu duit orang, kita cuma jadi ‘kacung’,” ia mendeskrepsikan. Maka 2002 ia memutuskan mengabaikan atau meninggalkan Lampung kembali ke Malangbong. Yang dengannya modal dari kantong sendiri ia pun mengembangkan usaha miliknya yng pernah ditinggalkan. Kini, kapasitas kandangnya mencapai 10 ribu ekor, yang dengannya perputaran 36 ribu ekor sapi per tahunnya.

Ditanya impian sebelum selesai studi, Yudi menyebut profesi dosen. “Alasannya pengen ke luar negeri. Jadi dosen supaya bisa sekolah ke luar negeri,” 1/2 geli ia menjelaskan. Namun walau ambisinya jadi pengajar tidak tercapai, keinginannya berkeliling ke banyak sekali negara telah kesampaian yang dengannya fakta ia menjadi pengusaha sapi tatkala ini.
Intens Pembibitan Domba Garut
Mungkin tak tidak sedikit yng tahu pula kalau ayah dari Andi Aulia Nurahman serta Radi Ibrahim Nurfadilah ini terjun di usaha domba, malah siapa sangka kalau ia merupakan Ketua Umum HPDKI Jawa Barat (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia).
Yudi berterus terang tatkala ini punya sekitar 250 ekor induk domba Garut di kandangnya Malangbong. “Kita sedang fokus di pembibitan, memurnikan domba Garut,” imbuhnya.
Ia berkisah, perkenalannya yang dengannya domba berawal dari seni manajemen pemasaran sapi miliknya. Satu dari sekian banyaknya pelanggannya merupakan penggemar kambing-domba, menjadikan ia memasuki dunia itu menjadi pendekatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperoleh order pesanan. “Nilai omset pesanan dari orang ini besar, jadi saya berupaya bisa dapat mempertahankan sebagai pelanggan,” ujarnya sembari nyengir.
Namun selanjutnya domba diseriusi yang dengannya alasan kultur Jawa Barat Amat identik yang dengannya kambing-domba. Serta aktif di organisasi yng menghimpun peternak kambing-domba se Jabar dirasakannya punya makna lebih.
“Peternak kambing-domba itu betul-betul grass root, tersebar di pedesaan dengan kompleksitas masalahnya yang khas petani-peternak,” ucapnya. Maka amanah menjadi pengurus HPDKI dijabaninya, walau pendapat dari dia bekerja di asosiasi yng mengurusi peternak jauh lebih rumit dibandingkan menjadi pengusaha. Serta lantaran posisinya itu juga maka Wakil Ketua Bidang Budidaya Peternakan Kadin Indonesia ini kian lantang menyuarakan penolakannya rencana pemerintah memasukkan daging asal negara belum bebas PMK. “Karena kambing-domba termasuk hewan kuku genap yang juga punya risiko tinggi tertular. Saya harus berpihak pada peternak nasional!” ujarnya serius.
Yudi sebagaimana bersumber dari Kompas.com mengujarkan selain bisa atau mampu menaikan kualitas perekonomian, domba garut pula berpotensi mengangkat Garut serta Indonesia di dunia internasional. Alasannya, domba garut merupakan satwa khas ataupun plasma nutfah asli Indonesia.
"Ke depan kami ingin menjadi berperan sebagai wadah berkumpulnya para peternak harus terus berupaya meningkatkan kampanye kepedulian terhadap upaya peningkatan produktivitas ternak domba," kata Yudi.

Ingin Berguna
Memasuki usianya yng ke-40, selain melindungi modalnya di usaha sapi tetap kuat, lelaki penyandang jabatan Sekretaris Dewan Penyantun Unpad ini mencoba menjadikan dirinya berguna, lebih-lebih bagi petani-peternak.
Selengkapnya baca di Majalah Trobos edisi Februari 2009
Sumber: www.trobos.com
Silakan copy-paste yang dengannya tetap mencantumkan link sumber


Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.pulangkandang.com/2012/04/yudi-guntara-ogah-cuma-jadi-kacung.html

Seputar Yudi Guntara Ogah Cuma Jadi 'Kacung'

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Yudi Guntara Ogah Cuma Jadi 'Kacung'