Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam
Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam | Referensi terbaru di 2017 via web Beternak. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Beternak. Artikel ini di beri judul Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam. Konten ini untuk anda pembaca setia https://be-ternak.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Beternak dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Beternak di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam di bawah ini dari situs web Beternak.Seberapa besar peran teknologi berita (IT) dalam pengelolaan industri peternakan ayam? Pulangkandang.com berupaya menelusurinya akan tetapi masih terkendala oleh minimnya sumber tulisan atau artikel yng tersedia. Belum tidak sedikit laporan indpenden yng muncul bagi atau bisa juga dikatakan untuk menggambarkan penerapan App IT dalam industri peternakan di Indonesia, walau pada tataran realita kebutuhan yang telah di sebutkan tatkala ini pemenuhannya tak terhindarkan. Yang akan di sajikan kali ini kutipan tulisan atau artikel dari Majalah SWA, yng walaupun berasal dari tahun 2009 akan tetapi masih cukup segar bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberikan gambaran peran besar IT dalam menaikan kinerja industri peternakan.
Bau Kecanggihan di Usaha Ternak Ayam
Proses usaha di industri peternakan ayam diluar dugaan tidak sesederhana yng dibayangkan. Pasalnya, prosesnya berlangsung Amat panjang serta rumit. Mulai dari pemilihan grand parent stock, penanganan ayam umur sehari (day old chick/DOC), telur, pakan, vaksin sampai-sampai pemeliharaan ayam (pedaging) hingga masa panen. Belum lagi urusan memasarkan serta mendistribusikan, dan memprediksi kebutuhan pasar.
Tidak mengherankan, pelaku usaha ternak terpadu (yng mencakup bisnis pembibitan ayam, pakan ternak, rumah potong ayam, serta pemrosesan) di Indonesia tak tidak sedikit. Setidaknya ada empat perusahaan ternak terpadu yng dikelola secara modern, yaitu: Charoen Pokphand Indonesia (CPI), Japfa Comfeed, dan dua perusahaan lokal, Sierad Produce serta Wonokoyo.
Mampu dimaklumi, sedikitnya pelaku bisnis ternak terpadu itu, lantaran selain bersifat capital intensive, pengelolaannya pun tidak mampu lagi di lakukan secara manual, melainkan Perlu yang dengannya bantuan teknologi berita (TI) modern. Misalnya di lakukan CPI. Perusahaan asal Thailand ini adalah market leader yang dengannya menguasai 35% lebih pangsa pasar pakan ternak serta DOC di Indonesia. "Di bisnis ternak terpadu, seperti CPI, TI berperan penting. Pemanfaatan TI akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan, mempercepat informasi dan memprediksi," ujar David Djoko Prajitno, Deputi CIO CPI.
Pendapat dari David, proses usaha di peternakan ayam terpadu cukup complicated, menjadikan butuh didukung TI bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempercepat eksekusi, sekalian membuat proyeksi ke depan. Misalnya, sebelum mengawali penetasan, sampai-sampai membesarkan ayam, Perlu dihitung berapa jumlahnya serta kapan saatnya, menjadikan pada tatkala panen mampu sesuai yang dengannya proyeksi. Ayam yng telah dipanen akan dipasok bagi atau bisa juga dikatakan untuk kebutuhan sendiri, semisal ke pabrik chicken processing (nugget), serta dijual ke pasar. Tentu saja tercakup juga perhitungan kebutuhan pasar akan daging ayam. Di sisi lain, asupan (pakan) bagi atau bisa juga dikatakan untuk ayam Perlu sesuai yang dengannya yng dimau-kan. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk tujuan itu, CPI mengembangkan unit usaha feedmill.
"Nah, bisnis seperti itu perlu didukung informasi secara akurat, karena implikasinya besar. Logikanya, ayam yang sudah dibesarkan dan diberi makan selama 35 hari, kalau tidak bisa dijual, tentu saja kerugiannya akan sangat besar. Untuk itu, TI berperan penting," David menjelaskan.
Singkatnya, lanjut David, TI di CPI lebih-lebih dimanfaatkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyediakan sentralisasi berita menjadikan mempermudah kanal serta analisis oleh manajemen operasional unit usaha. Pula, bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyusun rencana kerja serta seni manajemen pemasaran yng bisa mengimbangi volatilitas cost of goods sold (COGS) akibat tekanan eksternal yng berasal dari bahan baku (raw material) semisal BBM, harga komoditas semisal jagung, CPO, maupun komponen penunjang operasional bisnis semisal kayu, besi serta sebagainya. Apalagi, variasi permintaan pasar menuntut adanya berita yng akurat serta tepat waktu.
System TI di CPI didesain dalam wujud Animal Husbandry Information Systems (AHSI), yng dibangun di atas empat App. Pertama, App Farm Management System (FMS). Boleh disebut, FMS ini adalah App inti, lantaran mencakup seluruh proses pengelolaan produksi DOC maupun telurnya (hatching egg). FMS merupakan custom-made software yng dikembangkan sendiri (in-house development) oleh tim TI CPI dibantu Jatis Solution pada akhir 2001. "Fungsi utama FMS adalah mengontrol produksi di farm," David menegaskan.
Dijelaskan David, App ini platformnya berbasis Java yng dikembangkan semisal web-based application. Jadi, user cuma butuh browser. Selain itu, FMS ini sifatnya centralized pada satu server Oracle database yng ditempatkan di kantor CPI di Ancol. Aplikasi ini mampu diakses secara real time dari sekitar 100 tempat di aneka macam pelosok farm CPI di seluruh Indonesia. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk koneksinya di lakukan via Wide Area Network. Yang dengannya begitu, melalui FMS, tim di bagian operasional mampu melakukan tracking serta reporting mengenai performa farm-nya. "FMS ini merupakan aplikasi khas dan unik, karena dikembangkan berdasarkan kebutuhan bisnis yang ada di CPI," ucap David.
Alasan dikembangkannya FMS, lanjut David, lantaran dulu CPI tak memiliki visibilitas secara nasional. Misalnya, tim farm di Medan ingin konsultasi yang dengannya rekannya di Surabaya, namun terkendala dalam membandingkan datanya, lantaran semuanya masih serba offline, serta data secara nasional tak mampu diakses yang dengannya gampang. Selain itu, manajemen CPI pula kesulitan mengontrol farm di suatu daerah.
Fenomena yang telah di sebutkan pernah dikeluhkan Budiman Iskandar, COO sebuah unit usaha di CPI. "Saya sudah di CPI lama sekali, tapi saya tidak punya visibilitas untuk melihat stok vaksin yang mau expired dengan mudah," Budiman komplain disaat itu.
Lantas, Budiman meminta kepada tim TI agar bisa ia mampu melihat stok vaksin yng akan kedaluwarsa di aneka macam daerah. Ia meminta agar bisa dibuatkan sebuah system yng praktis serta tinggal klik saja, lantas data yng dibutuhkan mampu keluar di layar komputer.
"Saya ingin bisa lihat, misalnya, stok yang expired 60-90 hari kemudian. Tujuannya agar stok ini tidak mubazir. Dengan begitu, saya bisa membuat marketing scheme. Jadi, saya bisa susun strategi pemasaran untuk 90 hari ke depan supaya stok tidak nyangkut di gudang menjadi barang expired," paparnya.
Saat ini, yang dengannya adanya system database terpusat di Ancol, maka data mampu diakses oleh seluruh karyawan CPI di seluruh Indonesia. Orang-orang mampu melihat yang dengannya gampang data secara nasional. Begitu juga, manajemen mampu memantau perkembangan farm di suatu daerah cukup yang dengannya mempergunakan system ini. Misalnya, andai ada suatu wabah unggas di suatu farm CPI, manajemen memberikan berita mengenai hal itu ke unit usaha yng bergerak pada bagian kebugaran atau kesehatan hewan, yng mempunyai tidak sedikit dokter hewan serta ahli obat-obatan.
Aplikasi kedua dalam platform AHSI merupakan Animal Health Information System (AHIS). Aplikasi AHIS ini lebih menjadi bank data ataupun knowledge centre. Di situ ditampilkan aneka macam data mengenai penyakit unggas beserta solusinya. Ada pula kasus penyakit unggas yng ditangani berupa foto spesimen, gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium serta remedial action yng diharapkan. Salah satunya juga mengenai tatacara pemberian pakan, penanganan telur, kebugaran atau kesehatan ayam, serta pengetahuan lain-lainnya yng berkaitan yang dengannya ayam serta pakan. Historical data pula ada di situ seluruh, dari siklus-siklus peternakan sebelumnya, menjadikan mampu dijadikan media pembelajaran. "Aplikasi itu menjadi semacam knowledge centre," ujar David.
Yng ketiga merupakan Poultry Integration Mapping System (PIMS). Aplikasi ini berfungsi menjadi pusat berita harga, kuantitas, serta area distribusi permintaan ayam pedaging. Data PIMS ini dijadikan acuan oleh tim produksi serta pemasaran. Misalnya, seusai mengacu ke PIMS, tim pemasaran memproyeksikan pasar butuh 10 ribu ekor. Maka, tim produksi akan menetaskan telur sebanyk itu juga. Yang dengannya begitu, diharapkan pada akhir hari ke-21 akan ada 10 ribu DOC (yang dengannya asumsi proses berjalan sesuai yang dengannya rencana, atau juga tak ada ayam yng mati, Red.).
Bila, misalnya, pada hari keempat tim pemasaran mengujarkan bahwasanya pasar tak mampu menampung ayam sebanyk itu (katakanlah, maksimum 9 ribu ekor) kemudian yng 1.000 ekor mesti dikemanakan? Nah, bagi atau bisa juga dikatakan untuk itu butuh mencari plasma (mitra) yng mampu membesarkan ayam sampai-sampai usia panen (usia 35 hari menjadi ayam pedaging). "Di sinilah unik dan rumitnya bisnis peternakan ayam. Jadi perlu ada sinergi antara tim produksi dan pemasaran dengan mengacu pada data yang tersedia di sistem," David menerangkan.
Mengenai mitra, lanjut David, CPI mempunyai 100 lebih mitra. Pola kerja samanya: orang-orang dipasok bibit ayam dari CPI, pakan, serta obat-obatan. Orang-orang pula dibantu mengelola sangkar (manajemen unggas), yang dengannya mendatangkan tenaga technical service dari CPI secara rutin. Selain itu ada juga jaminan pembelian ayam yang dengannya nilai kontrak yng telah disepakati.
Adapun pilar keempatnya merupakan App SAP, menjadi paket ERP yng customized. SAP diimplementasi di pabrik pakan (feedmill) yng ada di 8 tempat di seluruh Indonesia. Aplikasi ini berfungsi menangani proses administrasi secara terintegrasi, mulai dari penjualan, pembelian bahan baku, inventori, akunting, keuangan serta produksi. SAP pula diimplementasi di unit trading company milik CPI, semisal chicken processing (Primafood) serta unit usaha animal health.
Pendapat dari David, App SAP yang telah di sebutkan (mySAP Business Suite) mulai diterapkan di CPI pada 2002 bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengganti system TI lama, yang dengannya tujuan awal memperoleh proses usaha yng terintegrasi. Selain itu, bagi atau bisa juga dikatakan untuk pengelolaan berita yng lebih akurat, menjadikan manajemen bisa mengambil keputusan lebih cepat. Solusi itu didukung perangkat keras dari Hewlett-Packard serta mitra implementasi IMC.
Disaat itu, ruang lingkup proyek mencakup empat fase implementasi. Fase pertama yng berlangsung 12 bulan bagi atau bisa juga dikatakan untuk kantor pusat serta 8 pabrik. Fase kedua selama 6 bulan bagi atau bisa juga dikatakan untuk pembenahan manajemen personalia seluruh internal perusahaan di bawah CPI. Fase ketiga serta keempat selama 6 bulan meliputi penerapan modul-modul di unit usaha.
Sesudah selesai, lantas di lakukan pembaruan pada bagian inventori. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk inventori ini, prinsip kerja yng dianut CPI just in time yang dengannya tujuan menghindari penumpukan. Yang dengannya begitu, disaat jagung (menjadi komponen utama pakan ternak) masuk gudang akan langsung dipakai di bagian produksi, menjadikan kosong serta siap diisi kembali. "Pakan yang sudah terlalu lama disimpan di gudang kualitasnya akan turun. Kami ingin bisa menjual pakannya fresh from the oven. Buffer stock tidak usah terlalu banyak, tapi seminimal mungkin supaya perputarannya selalu baru," David menjelaskan.
Kendati pemanfaatan TI di CPI salah satunya lebih maju dibanding kompetitornya, perusahaan itu mengklaim salah satunya irit dalam hal belanja TI-nya. Pendapat dari David, andai biasanya investasi bagi atau bisa juga dikatakan untuk TI berkisar 2%-3% dari revenue, investasi yng di lakukan CPI tak hingga 0,5% revenue. "Kami sangat efisien dalam investasi TI. Justru, TI ini harus berperan supaya bisa membantu operasional sehingga lebih efisien dan efektif," kata David.
Ke depan, pendapat dari David, berkaitan yang dengannya adanya krisis global, pengembangan TI di CPI akan lebih fokus ke manajemen cash flow. Pasalnya, saat ini fasilitas pinjaman dari perbankan Amat susah. Kalau pun bisa pinjaman, suku bunganya tinggi. Sementara CPI memerlukan pinjaman bagi atau bisa juga dikatakan untuk investasi ataupun ekspansi. Maka, perhatian CPI ke depan lebih pada bagaimana supaya mampu mengelola cash flow serta meminimalkan working capital di bagian inventori.
Selain itu, bagi atau bisa juga dikatakan untuk pembelian (purchasing) rencananya pula akan dibantu yang dengannya system, menjadikan proyeksi account payable (utang) mampu dikelola lebih tidak jelek alias bagus. "Tahun ini fokus kami ke sana. Jadi membantu tim finance membuat sistem untuk procurement tracking. Nanti datanya dimanfaatkan untuk proyeksi account payable," ungkap David.
Keandalan system TI di CPI diacungi jempol oleh konsultan TI Kristianus Yulianto. Menurutnya, CPI telah cukup advanced dalam implementasi TI yang dengannya fokus pada online transactional processing (OLTP) bagi atau bisa juga dikatakan untuk memastikan proses supply chain berjalan lancar. "Supply Chain Management adalah kunci penting dalam consumer product seperti pakan ternak, telur, dan daging ayam," Kris menandaskan.
Nilai lebih CPI, lanjut Kris, merupakan telah melangkah ke tahap online analytical processing (OLAP), yakni yang dengannya tersedianya knowledge management, khususnya mengenai penyakit ayam. "Ini berguna untuk memonitor dan mengambil keputusan secara cepat jika terjadi sesuatu pada masa pemeliharaan," ujarnya menganalisis.
Disarankan Kris, yng diharapkan CPI ke depan merupakan mengembangkan OLAP ke level lebih tinggi, yaitu business intelligence (BI). Pasalnya, yang dengannya BI memungkinkan CPI mampu menganalisis histori data bagi atau bisa juga dikatakan untuk proyeksi ke depan, menghindari kesalahan yng percis, serta melakukan optimalisasi. "Saat ini BI penting karena semua kompetitor sudah mempunyai ERP, sehingga persaingan berubah ke arah kecerdasan analisis atau competing analytics," Kris menggarisbawahi.
Sekilas PT Charoen Pokphand Indonesia
PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) didirikan mulanya yang dengannya nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Ltd. pada 1972. Ruang lingkup usahanya mencakup produksi serta perdagangan pakan ternak, daging ayam olahan, perlengkapan peternakan serta pakan ikan.
Tatkala ini CPI mempunyai 8 pabrik pakan ternak yng tersebar di Medan, Bandar Lampung, Ancol (Jakarta), Balaraja, Semarang, Krian (Sidoarjo), Sepanjang (Sidoarjo), serta Makassar. CPI pula mempunyai empat pabrik pengolahan daging (Rumah Potong Ayam), yaitu di Cikande, Salatiga, Medan serta Surabaya. Rencananya akan bangun lagi satu unit di Bandung.
Sampai-sampai September 2007, total kapasitas produksi pakan ternak CPI sekitar 4 juta ton/tahun, yng diproduksi dari 7 pabrik. Total kapasitas produksi DOC sekitar 607 juta ekor per tahun. Adapun total kapasitas produksi ayam potong 105 ribu ton/tahun. Pangsa pasar CPI di pasar modern diklaim 72% serta di pasar tradisional 91%.
sumber: swa.co.id
Silakan copy-paste yang dengannya tetap mencantumkan link sumber
Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.pulangkandang.com/2012/01/inia-dia-contoh-aplikasi-it-dalam.html
Bau Kecanggihan di Usaha Ternak Ayam
Proses usaha di industri peternakan ayam diluar dugaan tidak sesederhana yng dibayangkan. Pasalnya, prosesnya berlangsung Amat panjang serta rumit. Mulai dari pemilihan grand parent stock, penanganan ayam umur sehari (day old chick/DOC), telur, pakan, vaksin sampai-sampai pemeliharaan ayam (pedaging) hingga masa panen. Belum lagi urusan memasarkan serta mendistribusikan, dan memprediksi kebutuhan pasar.
Tidak mengherankan, pelaku usaha ternak terpadu (yng mencakup bisnis pembibitan ayam, pakan ternak, rumah potong ayam, serta pemrosesan) di Indonesia tak tidak sedikit. Setidaknya ada empat perusahaan ternak terpadu yng dikelola secara modern, yaitu: Charoen Pokphand Indonesia (CPI), Japfa Comfeed, dan dua perusahaan lokal, Sierad Produce serta Wonokoyo.
Mampu dimaklumi, sedikitnya pelaku bisnis ternak terpadu itu, lantaran selain bersifat capital intensive, pengelolaannya pun tidak mampu lagi di lakukan secara manual, melainkan Perlu yang dengannya bantuan teknologi berita (TI) modern. Misalnya di lakukan CPI. Perusahaan asal Thailand ini adalah market leader yang dengannya menguasai 35% lebih pangsa pasar pakan ternak serta DOC di Indonesia. "Di bisnis ternak terpadu, seperti CPI, TI berperan penting. Pemanfaatan TI akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan, mempercepat informasi dan memprediksi," ujar David Djoko Prajitno, Deputi CIO CPI.
Pendapat dari David, proses usaha di peternakan ayam terpadu cukup complicated, menjadikan butuh didukung TI bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempercepat eksekusi, sekalian membuat proyeksi ke depan. Misalnya, sebelum mengawali penetasan, sampai-sampai membesarkan ayam, Perlu dihitung berapa jumlahnya serta kapan saatnya, menjadikan pada tatkala panen mampu sesuai yang dengannya proyeksi. Ayam yng telah dipanen akan dipasok bagi atau bisa juga dikatakan untuk kebutuhan sendiri, semisal ke pabrik chicken processing (nugget), serta dijual ke pasar. Tentu saja tercakup juga perhitungan kebutuhan pasar akan daging ayam. Di sisi lain, asupan (pakan) bagi atau bisa juga dikatakan untuk ayam Perlu sesuai yang dengannya yng dimau-kan. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk tujuan itu, CPI mengembangkan unit usaha feedmill.
"Nah, bisnis seperti itu perlu didukung informasi secara akurat, karena implikasinya besar. Logikanya, ayam yang sudah dibesarkan dan diberi makan selama 35 hari, kalau tidak bisa dijual, tentu saja kerugiannya akan sangat besar. Untuk itu, TI berperan penting," David menjelaskan.
Singkatnya, lanjut David, TI di CPI lebih-lebih dimanfaatkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyediakan sentralisasi berita menjadikan mempermudah kanal serta analisis oleh manajemen operasional unit usaha. Pula, bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyusun rencana kerja serta seni manajemen pemasaran yng bisa mengimbangi volatilitas cost of goods sold (COGS) akibat tekanan eksternal yng berasal dari bahan baku (raw material) semisal BBM, harga komoditas semisal jagung, CPO, maupun komponen penunjang operasional bisnis semisal kayu, besi serta sebagainya. Apalagi, variasi permintaan pasar menuntut adanya berita yng akurat serta tepat waktu.
System TI di CPI didesain dalam wujud Animal Husbandry Information Systems (AHSI), yng dibangun di atas empat App. Pertama, App Farm Management System (FMS). Boleh disebut, FMS ini adalah App inti, lantaran mencakup seluruh proses pengelolaan produksi DOC maupun telurnya (hatching egg). FMS merupakan custom-made software yng dikembangkan sendiri (in-house development) oleh tim TI CPI dibantu Jatis Solution pada akhir 2001. "Fungsi utama FMS adalah mengontrol produksi di farm," David menegaskan.
Dijelaskan David, App ini platformnya berbasis Java yng dikembangkan semisal web-based application. Jadi, user cuma butuh browser. Selain itu, FMS ini sifatnya centralized pada satu server Oracle database yng ditempatkan di kantor CPI di Ancol. Aplikasi ini mampu diakses secara real time dari sekitar 100 tempat di aneka macam pelosok farm CPI di seluruh Indonesia. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk koneksinya di lakukan via Wide Area Network. Yang dengannya begitu, melalui FMS, tim di bagian operasional mampu melakukan tracking serta reporting mengenai performa farm-nya. "FMS ini merupakan aplikasi khas dan unik, karena dikembangkan berdasarkan kebutuhan bisnis yang ada di CPI," ucap David.
Alasan dikembangkannya FMS, lanjut David, lantaran dulu CPI tak memiliki visibilitas secara nasional. Misalnya, tim farm di Medan ingin konsultasi yang dengannya rekannya di Surabaya, namun terkendala dalam membandingkan datanya, lantaran semuanya masih serba offline, serta data secara nasional tak mampu diakses yang dengannya gampang. Selain itu, manajemen CPI pula kesulitan mengontrol farm di suatu daerah.
Fenomena yang telah di sebutkan pernah dikeluhkan Budiman Iskandar, COO sebuah unit usaha di CPI. "Saya sudah di CPI lama sekali, tapi saya tidak punya visibilitas untuk melihat stok vaksin yang mau expired dengan mudah," Budiman komplain disaat itu.
Lantas, Budiman meminta kepada tim TI agar bisa ia mampu melihat stok vaksin yng akan kedaluwarsa di aneka macam daerah. Ia meminta agar bisa dibuatkan sebuah system yng praktis serta tinggal klik saja, lantas data yng dibutuhkan mampu keluar di layar komputer.
"Saya ingin bisa lihat, misalnya, stok yang expired 60-90 hari kemudian. Tujuannya agar stok ini tidak mubazir. Dengan begitu, saya bisa membuat marketing scheme. Jadi, saya bisa susun strategi pemasaran untuk 90 hari ke depan supaya stok tidak nyangkut di gudang menjadi barang expired," paparnya.
Saat ini, yang dengannya adanya system database terpusat di Ancol, maka data mampu diakses oleh seluruh karyawan CPI di seluruh Indonesia. Orang-orang mampu melihat yang dengannya gampang data secara nasional. Begitu juga, manajemen mampu memantau perkembangan farm di suatu daerah cukup yang dengannya mempergunakan system ini. Misalnya, andai ada suatu wabah unggas di suatu farm CPI, manajemen memberikan berita mengenai hal itu ke unit usaha yng bergerak pada bagian kebugaran atau kesehatan hewan, yng mempunyai tidak sedikit dokter hewan serta ahli obat-obatan.
Aplikasi kedua dalam platform AHSI merupakan Animal Health Information System (AHIS). Aplikasi AHIS ini lebih menjadi bank data ataupun knowledge centre. Di situ ditampilkan aneka macam data mengenai penyakit unggas beserta solusinya. Ada pula kasus penyakit unggas yng ditangani berupa foto spesimen, gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium serta remedial action yng diharapkan. Salah satunya juga mengenai tatacara pemberian pakan, penanganan telur, kebugaran atau kesehatan ayam, serta pengetahuan lain-lainnya yng berkaitan yang dengannya ayam serta pakan. Historical data pula ada di situ seluruh, dari siklus-siklus peternakan sebelumnya, menjadikan mampu dijadikan media pembelajaran. "Aplikasi itu menjadi semacam knowledge centre," ujar David.
Yng ketiga merupakan Poultry Integration Mapping System (PIMS). Aplikasi ini berfungsi menjadi pusat berita harga, kuantitas, serta area distribusi permintaan ayam pedaging. Data PIMS ini dijadikan acuan oleh tim produksi serta pemasaran. Misalnya, seusai mengacu ke PIMS, tim pemasaran memproyeksikan pasar butuh 10 ribu ekor. Maka, tim produksi akan menetaskan telur sebanyk itu juga. Yang dengannya begitu, diharapkan pada akhir hari ke-21 akan ada 10 ribu DOC (yang dengannya asumsi proses berjalan sesuai yang dengannya rencana, atau juga tak ada ayam yng mati, Red.).
Bila, misalnya, pada hari keempat tim pemasaran mengujarkan bahwasanya pasar tak mampu menampung ayam sebanyk itu (katakanlah, maksimum 9 ribu ekor) kemudian yng 1.000 ekor mesti dikemanakan? Nah, bagi atau bisa juga dikatakan untuk itu butuh mencari plasma (mitra) yng mampu membesarkan ayam sampai-sampai usia panen (usia 35 hari menjadi ayam pedaging). "Di sinilah unik dan rumitnya bisnis peternakan ayam. Jadi perlu ada sinergi antara tim produksi dan pemasaran dengan mengacu pada data yang tersedia di sistem," David menerangkan.
Mengenai mitra, lanjut David, CPI mempunyai 100 lebih mitra. Pola kerja samanya: orang-orang dipasok bibit ayam dari CPI, pakan, serta obat-obatan. Orang-orang pula dibantu mengelola sangkar (manajemen unggas), yang dengannya mendatangkan tenaga technical service dari CPI secara rutin. Selain itu ada juga jaminan pembelian ayam yang dengannya nilai kontrak yng telah disepakati.
Adapun pilar keempatnya merupakan App SAP, menjadi paket ERP yng customized. SAP diimplementasi di pabrik pakan (feedmill) yng ada di 8 tempat di seluruh Indonesia. Aplikasi ini berfungsi menangani proses administrasi secara terintegrasi, mulai dari penjualan, pembelian bahan baku, inventori, akunting, keuangan serta produksi. SAP pula diimplementasi di unit trading company milik CPI, semisal chicken processing (Primafood) serta unit usaha animal health.
Pendapat dari David, App SAP yang telah di sebutkan (mySAP Business Suite) mulai diterapkan di CPI pada 2002 bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengganti system TI lama, yang dengannya tujuan awal memperoleh proses usaha yng terintegrasi. Selain itu, bagi atau bisa juga dikatakan untuk pengelolaan berita yng lebih akurat, menjadikan manajemen bisa mengambil keputusan lebih cepat. Solusi itu didukung perangkat keras dari Hewlett-Packard serta mitra implementasi IMC.
Disaat itu, ruang lingkup proyek mencakup empat fase implementasi. Fase pertama yng berlangsung 12 bulan bagi atau bisa juga dikatakan untuk kantor pusat serta 8 pabrik. Fase kedua selama 6 bulan bagi atau bisa juga dikatakan untuk pembenahan manajemen personalia seluruh internal perusahaan di bawah CPI. Fase ketiga serta keempat selama 6 bulan meliputi penerapan modul-modul di unit usaha.
Sesudah selesai, lantas di lakukan pembaruan pada bagian inventori. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk inventori ini, prinsip kerja yng dianut CPI just in time yang dengannya tujuan menghindari penumpukan. Yang dengannya begitu, disaat jagung (menjadi komponen utama pakan ternak) masuk gudang akan langsung dipakai di bagian produksi, menjadikan kosong serta siap diisi kembali. "Pakan yang sudah terlalu lama disimpan di gudang kualitasnya akan turun. Kami ingin bisa menjual pakannya fresh from the oven. Buffer stock tidak usah terlalu banyak, tapi seminimal mungkin supaya perputarannya selalu baru," David menjelaskan.
Kendati pemanfaatan TI di CPI salah satunya lebih maju dibanding kompetitornya, perusahaan itu mengklaim salah satunya irit dalam hal belanja TI-nya. Pendapat dari David, andai biasanya investasi bagi atau bisa juga dikatakan untuk TI berkisar 2%-3% dari revenue, investasi yng di lakukan CPI tak hingga 0,5% revenue. "Kami sangat efisien dalam investasi TI. Justru, TI ini harus berperan supaya bisa membantu operasional sehingga lebih efisien dan efektif," kata David.
Ke depan, pendapat dari David, berkaitan yang dengannya adanya krisis global, pengembangan TI di CPI akan lebih fokus ke manajemen cash flow. Pasalnya, saat ini fasilitas pinjaman dari perbankan Amat susah. Kalau pun bisa pinjaman, suku bunganya tinggi. Sementara CPI memerlukan pinjaman bagi atau bisa juga dikatakan untuk investasi ataupun ekspansi. Maka, perhatian CPI ke depan lebih pada bagaimana supaya mampu mengelola cash flow serta meminimalkan working capital di bagian inventori.
Selain itu, bagi atau bisa juga dikatakan untuk pembelian (purchasing) rencananya pula akan dibantu yang dengannya system, menjadikan proyeksi account payable (utang) mampu dikelola lebih tidak jelek alias bagus. "Tahun ini fokus kami ke sana. Jadi membantu tim finance membuat sistem untuk procurement tracking. Nanti datanya dimanfaatkan untuk proyeksi account payable," ungkap David.
Keandalan system TI di CPI diacungi jempol oleh konsultan TI Kristianus Yulianto. Menurutnya, CPI telah cukup advanced dalam implementasi TI yang dengannya fokus pada online transactional processing (OLTP) bagi atau bisa juga dikatakan untuk memastikan proses supply chain berjalan lancar. "Supply Chain Management adalah kunci penting dalam consumer product seperti pakan ternak, telur, dan daging ayam," Kris menandaskan.
Nilai lebih CPI, lanjut Kris, merupakan telah melangkah ke tahap online analytical processing (OLAP), yakni yang dengannya tersedianya knowledge management, khususnya mengenai penyakit ayam. "Ini berguna untuk memonitor dan mengambil keputusan secara cepat jika terjadi sesuatu pada masa pemeliharaan," ujarnya menganalisis.
Disarankan Kris, yng diharapkan CPI ke depan merupakan mengembangkan OLAP ke level lebih tinggi, yaitu business intelligence (BI). Pasalnya, yang dengannya BI memungkinkan CPI mampu menganalisis histori data bagi atau bisa juga dikatakan untuk proyeksi ke depan, menghindari kesalahan yng percis, serta melakukan optimalisasi. "Saat ini BI penting karena semua kompetitor sudah mempunyai ERP, sehingga persaingan berubah ke arah kecerdasan analisis atau competing analytics," Kris menggarisbawahi.
Sekilas PT Charoen Pokphand Indonesia
PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) didirikan mulanya yang dengannya nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Ltd. pada 1972. Ruang lingkup usahanya mencakup produksi serta perdagangan pakan ternak, daging ayam olahan, perlengkapan peternakan serta pakan ikan.
Tatkala ini CPI mempunyai 8 pabrik pakan ternak yng tersebar di Medan, Bandar Lampung, Ancol (Jakarta), Balaraja, Semarang, Krian (Sidoarjo), Sepanjang (Sidoarjo), serta Makassar. CPI pula mempunyai empat pabrik pengolahan daging (Rumah Potong Ayam), yaitu di Cikande, Salatiga, Medan serta Surabaya. Rencananya akan bangun lagi satu unit di Bandung.
Sampai-sampai September 2007, total kapasitas produksi pakan ternak CPI sekitar 4 juta ton/tahun, yng diproduksi dari 7 pabrik. Total kapasitas produksi DOC sekitar 607 juta ekor per tahun. Adapun total kapasitas produksi ayam potong 105 ribu ton/tahun. Pangsa pasar CPI di pasar modern diklaim 72% serta di pasar tradisional 91%.
sumber: swa.co.id
Silakan copy-paste yang dengannya tetap mencantumkan link sumber
Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.pulangkandang.com/2012/01/inia-dia-contoh-aplikasi-it-dalam.html
Seputar Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam
Terima kasih telah membaca Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam. Semoga pos dari situs web Beternak berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website Beternak. Silakan berbagi ulasan Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Beternak melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Beternak untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Beternak di bawah. Demikan dan sekian tentang Ini Dia Contoh Aplikasi IT dalam Industri Peternakan Ayam. Dan Assalamualaikum pembaca Beternak.
Advertisement