M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan
M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan | Referensi terbaru di 2017 via web Beternak. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Beternak. Artikel ini di beri judul M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan. Konten ini untuk anda pembaca setia https://be-ternak.blogspot.com/. Bagikan juga postingan M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Beternak dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Beternak di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan di bawah ini dari situs web Beternak.
Beberapa tahun yang terakhir, sebutan biogas makin akrab di pendengaran warga atau juga bisa dikatakan masyarakat kita. Sudah tidak sedikit terobosan teknologi tepat guna yng diciptakan baik kalangan praktisi, akademisi ataupun warga atau juga bisa dikatakan masyarakat umum. Malah, sebagian warga atau juga bisa dikatakan masyarakat sudah mempergunakan teknologi energi pengganti terbarukan ini menjadi pemenuhan kebutuhan bahan bakar sehari-hari.
Biogas dari kotoran ternak ataupun biogas dari limbah tahu sudah seringkali kita dengar. Akan tetapi, biogas pula bisa diperoleh dari sampah. Sampah organik diluar dugaan bisa diolah serta menghasilkan gas yng Amat memberikan manfaat, ditambah lagi yang dengannya penggunaan teknologi yng terbukti ramah yang dengannya lingkungan.
Andai kita berbicara pemanfatan sampah, Muhammad Fatah Wiyatna merupakan satu dari sekian banyaknya ahlinya. Pada pertengahan tahun 2010 lantas, namanya tidak sedikit muncul di aneka macam media cetak serta elektronik, baik di media lokal ataupun media nasional. Dosen Fakultas Peternakan Unpad ini membuat terobosan yang dengannya mempergunakan serta memanfaatkan sampah organik menjadi biogas berharga guna yng ia sebut yang dengannya nama Biomethagreen.
"Pada tahun 2008, saya melihat kondisi sampah yang ada di perumahan saya sendiri. Jika melewati tempat sampah, sangat menganggu penciuman. Apalagi sejak tahun 2005, Kota Bandung memiliki masalah besar dengan sampah. Saya berpikir apakah ada solusi dalam mengatasi hal ini. Setidaknya berawal dari lingkungan rumah saya sendiri," ujarnya tatkala ditemui di kantor Pusat Penelitian serta Pengembangan Dinamika Pembangunan (PDP) Unpad, Gedung 4, Kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35, Bandung, belum lama ini.
Sebelum memlai karirnya menjadi dosen, Fatah yng lulus dari Fakultas Peternakan Unpad tahun 1993 (beliau merupakan alumni dari Angkatan 1988 (Ibex), red.) ini pernah sempet melanglang di beberapa perusahaan semisal perusahaan di bidang perternakan, asuransi Islam, serta lembaga keuangan syariah ataupun BMT yng tatkala itu berlokasi di Sumedang. Tatkala ditanya mengenai impian sesudah lulus kuliah, Ia berterus terang tatkala itu tak tahu ingin menjadi apa. Baginya, kesempatan serta peluang lah yng bisa merubah segala. Di tahun 1999, ia lantas melanjutkan S2 serta tatkala ini masih menjadi mahasiswa S3 ilmu peternakan di Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Akhirnya pada tahun 1997, saya mengikuti seleksi di Unpad dan kemudian berkesempatan menjadi dosen di sini," kata lelaki yng tatkala ini menjabat menjadi Ketua Divisi Pengelolaan Lingkungan, Bidang Pengembangan Warga atau juga bisa dikatakan masyarakat Puslitbang Dinamika Pembangunan LPPM Unpad.
Terkait karyanya ini, ia mengujarkan bahwasanya memanglah di Fakultas Peternakan tak diajarkan semisal apa mengelola sampah, namun yng diajarkan bagaimana mengelola limbah kotoran ternak. Melalui proses fermentasi, kotoran ternak bisa dijadikan pupuk serta biogas.
"Untuk bisa menghasilkan biogas ini ternyata bukan dari kotoran peternakan saja. Saya punya ide dengan sampah, karena melihat kondisi di lingkungan saya tersebut. Banyak yang ragu, apa iya bisa dengan sampah ini?" ungkap Fatah.
Ia melanjutkan, atas pemikirannya yang telah di sebutkan ia terus bertanya-tanya serta pernah sempet berdiskusi yang dengannya rekan-rekan lain-lainnya. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk tahu jawabannya, ia rasa satu-satunya tatacara merupakan yang dengannya mencobanya sendiri dirumah meskipun secara tertutup.
"Saya buat instalasi yang biasa digunakan untuk fermentasi kotoran peternakan. Instalasi ini tertutup di belakang rumah. Karena kalau ada yang aneh-aneh biasanya akan mengundang pertanyaan warga setempat," kata lelaki kelahiran Subang, 23 Oktober 1969 ini.
Fatah berterus terang, dana awal yng ia keluarkan dalam masa percobaannya ini total sebesar 15 juta rupiah yng keseluruhannya adalah dana pribadi. Selama 2 tahun yang telah di sebutkan, sudah tidak sedikit mengalami penyesuaian.
"Kemudian dengan berbagai evaluasi, desain, dan bahan, ternyata memang bisa dilakukan. Saya cerita sama teman-teman yang saat ini satu tim, dan mereka ketika itu tidak percaya," tambahnya, yng pula mengujarkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk keperluan gas keluarga, ia tak lagi mempergunakan gas elpiji, namun mempergunakan biogas yng ia hasilkan sendiri dirumahnya.
Sesudah tidak sedikit diberitakan media masaa, karyanya lantas berkembang. Pada Agustus 2010 lantas, Yayasan Saung Kadeudeuh Bandung serta Yayasan Cinta Anak Pertiwi bersama-sama yang dengannya PT PLN Distribusi Jawa Barat serta Banten (DJBB) mengembangkan pengelolaan sampah perkotaan menjadi energi di kompleks-kompleks perumahan. Ia lantas membina warga atau juga bisa dikatakan masyarakat membangun instalasi pengolahan sampah organik menjadi energi di kompleks tempat ia tinggal, yakni perumahan Griya Taman Lestari, Kecamatan Gudang Tanjungsari, Sumedang.
"Ini perumahan pertama di Indonesia yang memanfaatkan sampah sebagai sumber energi," tuturnya.
Ia lantas diminta berbicara di aneka macam media. Tanggapan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat makin baik. Kompleks percontohan ini tidak sedikit menarik minat, dari warga atau juga bisa dikatakan masyarakat di daerah lain, hingga yang dengannya instansi-instansi pemerintah.
"Di beberapa wilayah saya banyak diminta untuk datang. Bukan hanya itu, saat ini juga saya bersama tim yang salah satunya Direktur Marketing PT. Biomethagreen Lingga Lestari, Edwin Berlian ini sedang menjajaki kerjasama dengan PD. Kebersihan Kota Bandung dan IPDN dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan tersebut," lengkap nya.
Dosen mata kuliah produksi ternak potong ini lantas berharap konsep yng ditawarkan yang telah di sebutkan jangan cuma menjadi suatu instalasi, yng disaat telah dipasang, lantas ditinggalkan.
"Maka sementara ini saya akan fokus di sini. Kalau bangunan ini tidak dikelola dengan baik, ini akan menjadi sampah," kata suami dari Inna Samsuminar, S.P yang telah di sebutkan.
Bapak dari 3 orang anak in lantas mempunyai impian, yakni menginginkan hasil karyanya ini tak kemudian menjadi monumen lantaran ditinggalkan, namun bisa terus bermanfaat bagi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat luas. (eh)*
Laporan oleh: Lydia Okva Anjelia
sumber: www.unpad.ac.id
Silakan lihat pula liputan di majalah.tempointeraktif.com
Silakan copy-paste yang dengannya tetap mencantumkan link sumber
Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.pulangkandang.com/2011/04/m-fatah-wiyatna-wujudkan-sampah-sebagai.html
Seputar M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan
Terima kasih telah membaca M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan. Semoga pos dari situs web Beternak berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website
Beternak. Silakan berbagi ulasan M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Beternak melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Beternak untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Beternak di bawah. Demikan dan sekian tentang M. Fatah Wiyatna, Wujudkan Sampah Sebagai Sumber Energi di Perumahan. Dan Assalamualaikum pembaca Beternak.