Kisah Surabi yang Lekat di Hati

- Agustus 07, 2017

Kisah Surabi yang Lekat di Hati

 
Kisah-kisah mengikuti masa bimbingan (mabim) mahasiswa baru Fakultas Peternakan Unpad bersahut-sahutan dalam percakapan di dunia maya, namun kebanykan penutur menjadikannya kenangan penuh kesan yang tidak tidak teringat lagi. Beberapa saja yang menempatkannya menjadi stress berat psikologis yang layak dijadikan keluh kesah berkepanjangan, apalagi dendam tidak kesampaian.
Beri sayang Akang/Euceu senior yang menjadi panitia mabim lazimnya dibumbui oleh kampanye-kampanye tertentu, baik menyangkut pengenalan dunia profesi, kemahasiswaan ataupun kepedulian terhadap budaya lokal. Tidak heran andai terdapat tugas-tugas mabim yang membuat saudara termuda baru menjadi 'melek' terhadap tidak sedikit hal.
Semisal kasus di artikel ini merupakan doktrinasi berhasil panitia mabim Fapet Unpad terhadap juniornya dalam hal menanamkan (paksa) kecintaan pada makanan lokal orang Sunda bernama surabi (serabi).

Surabi merupakan makanan khas Jawa Barat yang terbuat dari tepung beras, serta pendapat dari wikipedia surabi sejenis yang dengannya pancake (pannekoek ataupun pannenkoek). Surabi Anget akan terasa nikmat andai dinikmati pagi hari, apalagi andai dilengapi yang dengannya sruputan teh manis ataupun kopi.
Di sayangkan, menikmati surabi dibawah pressure ketat pasukan tatib yang sadis Amat berbeda rasanya, walau soal kesan menjadi hasil akhirnya jangan ditanya betapa manjurnya. Selama paling tidak lebih 17 (tujuh belas) tahun seusai fenomena menyantap surabi mabim, alumni Fapet Unpad yang mengalaminya tetap masih mengingatnya.
Paling tak hal itu yang diakui oleh salah seorang 'korban' mabim bernama Kang Agus, yang berasal dari angkatan '95 Fapet Unpad.
Pasal utama penyebab Kang Agus masih mengingat episode surabi bukanlah lantaran rasa yang tidak lebih maknyus, terlalu asin, ataupun kepedasan sambalnya... ataupun waktu makan yang tidak lebih..., melainkan jatah porsi yang terlalu amat Amat keterlaluan tidak banyak sekali.
"Surabi 2 biji...," tutur Kang Agus 1/2 mengeluh, "dibagi ku saangkatan, dua ratus tilu belas (213) orang... Jadina kabagean sacuil sewang... Ti mana piwaregeun...?"
Nah, ini cerita Kang Agus, mana cerita Akang/Euceu? Silakan membagikan via form ini.
Silakan copy-paste yang dengannya tetap mencantumkan link sumber


Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.pulangkandang.com/2012/09/kisah-surabi-yang-lekat-di-hati.html

Seputar Kisah Surabi yang Lekat di Hati

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Kisah Surabi yang Lekat di Hati