Asyiknya Menaksir Hewan Kurban

- September 10, 2017

Asyiknya Menaksir Hewan Kurban

 
Jual-beli hewan kurban pada praktiknya lebih tidak sedikit di lakukan yang dengannya tips ditaksir. Calon konsumen cukup menilik (memeriksa) yang dengannya tips mengamati secara visual performa hewan kurban serta disaat dirasa cocok, transaksi pun jadi.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperoleh hewan kurban ideal yaitu gagah, sehat, cukup umur serta mempunyai bobot yng dimau-kan Perlu di lakukan melalui pemeriksaan fisik (antemortem) secara detail. Begitu juga bagi atau bisa juga dikatakan untuk memastikan secara akurat berat badan ataupun umur ternak diharapkan timbangan ternak serta kartu catatan riwayat hidup ternak (recording) mirip akta kelahiran. Namun, mengharapkan seluruh hal di atas pada pedagang hewan kurban di pinggir jalan sesuatu yng hampir mustahil. Timbangan hewan cukup berat serta tidak murah, umumnya dimiliki perusahaan peternakan besar. Sementara peternak kita belum terbiasa melakukan pencatatan (recording) terhadap ternak miliknya, menjadikan umur ternak susah diketahui.
Akan tetapi, kita tidak butuh pesimis. Teknik menaksir ternak biasa di lakukan oleh para blantik serta diuji-cobakan para peneliti diluar dugaan memberikan hasil mendekati kondisi hewan sebetulnya. Yang dengannya tips menaksir, kondisi fisik, bobot badan, ataupun umur hewan kurban bisa segera diketahui menjadi syarat sah ibadah kurban.
Pada hakikatnya, begitu kita tiba di tempat penjualan hewan kurban, kita telah dihadapkan pada proses menaksir, yaitu melihat, mengamati, serta memeriksa kondisi fisik hewan kurban secara visual. Supaya pemeriksaan lebih objektif, si pemeriksa Perlu berada sekitar 1-2 meter dari objek. Hewan Perlu ditempatkan di tempat rata. Bila berada di tempat lebih tinggi dari si pemeriksa akan memberikan kesan lebih besar. Sebaliknya tampak lebih kecil bila ditempatkan di tanah lebih rendah. Yang dengannya pengamatan visual saja, hewan kurban telah mampu dilihat dari segi kebugaran atau kesehatan: sehat, sakit ataupun cacat. Hewan sehat dicirikan oleh bentuk tubuhnya standar (normal), mata jernih, perangai lincah, nafsu makan baik – dicoba yang dengannya memberikan hijauan – serta warna kulit cerah. Sebaliknya gejala hewan sakit bisa diamati tampak lendir pada mata, hidung, ataupun anus; sorot matanya sayu; kurus lantaran nafsu makan rendah; serta gerakannya lambat. Hal ini butuh diwaspadai, lantaran walaupun Indonesia dinyatakan bebas penyakit mulut serta kuku (1986) serta sapi gila (2002), akan tetapi belum bebas dari penyakit zoonosis lain-lainnya yakni antraks. Beberapa daerah masih menjadi endemik penyakit penyebabnya yaitu bakteri Bachillus Anthracis ini.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk hewan kurban, Rasulullah SAW melarang hewan cacat. Tanduk pecah, kaki pincang ataupun pendengaran putus bisa dilihat secara kasatmata. Sementara hewan yang dengannya kondisi buta bisa dicoba yang dengannya mengibaskan telapak tangan di dekat bola matanya, bila tak berkedip maka dipastikan buta serta tak sah bagi atau bisa juga dikatakan untuk hewan kurban.
Menaksir Berat serta Umur
Bila dicermati, penampang tubuh sapi serta domba menyerupai bentuk geometris berupa tabung. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari volume tabung Perlu diketahui luas alas serta tinggi. Dalam hal ini, lingkar dada hewan bisa diasumsikan menjadi luas alas serta panjang badan menjadi tinggi. Lingkar dada diperoleh yang dengannya melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat. Sementara panjang badan diukur dari bahu sampai-sampai penonjolan tulang duduk. Yang dengannya memperhatikan volume organ kepala, kaki, ekor, serta massa jenis daging ataupun jeroan bakal diperoleh pendekatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendapatkan berat hewan sebetulnya.
Melalui banyak sekali percobaan, Schoorl menjumpai rumus bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengetahui berat badan yang dengannya cukup mengetahui satu komponen, yaitu lingkar dada. Rumus itu dinamai namanya sendiri rumus Schoorl yakni Bobot Badan (kg) = dikuadratkan dibagi 100. Sementara Scheiffer mengadopsi rumus tabung yang dengannya menampilkan formula, yaitu Bobot Badan (lubels) = (inchi) dibagi 300. Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne yang dengannya mengonversi ke dalam satuan yng cocok yang dengannya ke hidup-an warga atau juga bisa dikatakan masyarakat kita, yaitu Bobot Badan (kg) = dibagi 10840.
Sejumlah peneliti berupaya memperlihatkan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir serta bobot timbangan. Hasil nya rumus Scheiffer serta Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebetulnya yang dengannya tingkat kesalahan di bawah 10 %. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 %. Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup merupakan wajar, lantaran bobot hewan Amat dipengaruhi situasi serta kondisi lingkungan, yaitu gelisah (stress), habis makan, tidak sedikit minum ataupun baru Buang feses. Hewan yng ditimbang sekalipun, akibat tidak baik perlakuan serta pengangkutan bisa memicu susut tubuh 5-10%.
Yang dengannya mendapatkan angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas serta daging bisa segera diketahui. Karkas sapi berkisar 47-57 % dari bobot hidupnya serta daging 75 % dari karkas. Karkas merupakan potongan daging tulang tanpa kepala, kaki, kulit serta jeroan. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk domba persentase karkasnya sekitar 45 % serta dagingnya 75 % dari karkas. Kalkulasi ini Amat penting bagi atau bisa juga dikatakan untuk bisa memperkirakan jumlah daging dibandingkan jumlah mustahik (penerima daging kurban) pula bisa dijadikan perbandingan harga apakah hewan kurban yng dibeli terlalu tidak murah ataupun tak dibanding harga pasaran.

Satu lagi penting kemampuan menaksir amat penting menjadi syarat sah hewan kurban yakni menaksir umur. Umur ternak bisa diketahui didasari susunan gigi geliginya. Mintalah si pedagang memperlihatkan susunan gigi seri (berada di rahang bawah). Bila gigi seri dewasa sudah tumbuh (tampak besar serta kuat semisal kapak, gigi susu kecil-kecil semisal sisir jagung muda), maka hewan dipandang dewasa/cukup umur (musinnah). Pada domba serta kambing perubahan ini berlangsung pada umur 1-1,5 tahun serta sapi 2-2,5 tahun.
Kemampuan menaksir ini akan makin baik serta hasil semakin akurat bila Suka diasah. Bagi yng telah mahir semisal blantik ataupun bakul hewan, kegiatan menaksir hewan cukup ditilik dari atas kendaraan beroda empat ataupun sepeda motornya. Paling banter orang-orang cukup meraba punggung bagi atau bisa juga dikatakan untuk menentukan gemuk ataupun kurus. Selain asyik, kegiatan menaksir pula bisa membuat yakin hewan kurban yng dipilih kita sempurna sesuai pokok ketentuan ibadah kurban menjadikan bisa melipatgandakan pahala kita di hadapan-Nya.
(***Dadan Wahyudin, Kompas, 5 Des 2008)
Tulisan atau artikel telah pernah dimuat pada laman: http://danwdhien.blogspot.com/2009/01/asyiknya-menaksir-hewan-kurban.html.
Penulis merupakan praktisi peternakan, alumni Angkatan 1991 Fapet Unpad.
Silakan copy-paste yang dengannya tetap mencantumkan link sumber


Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.pulangkandang.com/2012/10/asyiknya-menaksir-hewan-kurban.html

Seputar Asyiknya Menaksir Hewan Kurban

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Asyiknya Menaksir Hewan Kurban